Home Pengetahuan Keuangan Panduan Lengkap Cara Menghitung IRR

Panduan Lengkap Cara Menghitung IRR

by Imelia Santoso
Cara Menghitung IRR

Untuk mengevaluasi dan memberi peringkat peluang investasi potensial dan proyek bisnis, internal rate of return (IRR) adalah salah satu metrik penting yang digunakan bisnis dan individu untuk analisis keuangan. Pada artikel ini, kami akan menjelaskan rumus, cara menghitung IRR, dan kapan IRR ini digunakan.

Siapa yang Menggunakan IRR?

Pemilik bisnis dan eksekutif sering menggunakan internal rate of return (IRR) untuk membandingkan opsi investasi atau proyek.

Misalnya, katakanlah sebuah perusahaan memutuskan antara membeli peralatan untuk produk baru yang terbatas atau menginvestasikan jumlah yang sama ke dalam usaha yang berbeda. Mereka dapat membandingkan setiap IRR untuk menentukan pilihan mana yang lebih baik.

Nilai IRR juga biasa digunakan dalam pengaturan keuangan perusahaan, seperti perusahaan venture capital dan ekuitas swasta, saat menilai perusahaan potensial untuk berinvestasi. Di departemen pendapatan tetap dan ekuitas dari bank investasi, analis dapat mengandalkan internal rate of return untuk memahami tingkat imbal hasil obligasi.

Cara Menghitung IRR

Cara Hitung IRR

Menghitung IRR (internal rate of return) menggunakan rumus yang sama dengan arus kas terdiskonto (discounted cash flow/DCF) atau net present value (NPV). Namun, dalam perhitungan ini, net present value harus ditetapkan ke nol.

Penting untuk diingat bahwa ini adalah jenis tingkat pertumbuhan tahunan majemuk, jadi tingkat pengembalian dari investasi diinvestasikan kembali setiap tahun.

Rumus IRR-Internal Rate of Return

NPV (0) = Σ (CFt / (1+IRR)^t) – initial investment

Dalam rumus ini:

  • NPV diatur ke nol.
  • CFt adalah arus kas bersih di tahun ke-t
  • IRR adalah tingkat pengembalian internal atau tingkat diskonto yang menghasilkan NPV
  • t adalah periode waktu
  • Investasi awal adalah berapa biaya investasi di muka.

Komponen Rumus IRR

1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah jumlah arus kas masa depan investasi yang didiskontokan ke nilai sekarang. Ini diatur ke nol dalam perhitungan ini sehingga kita dapat menemukan tingkat pengembalian (IRR) yang membawa investasi ke titik break-even (ketika NPV sama dengan nol).

2. Arus kas

Arus kas adalah uang yang dibelanjakan atau diperoleh dari investasi. Ini termasuk arus kas masuk untuk keuntungan, pendapatan, atau dividen dan arus keluar untuk biaya, bunga, atau pembayaran pinjaman.

3. Jumlah Periode

Jumlah periode adalah berapa lama investasi berlangsung. Misalnya, proyek lima tahun akan memiliki lima periode waktu. Dalam beberapa kasus, jumlah periode default menjadi 10 karena itu adalah umur rata-rata perusahaan.

Baca Juga:  Penjelasan Lengkap Manajemen Risiko Investasi dan Manfaatnya

Saat menghitung IRR, periode waktu ini harus dalam interval tetap — bulanan, triwulanan, tahunan — karena tingkat pengembalian internal adalah rata-rata di semua periode dan tidak dapat dengan mudah disesuaikan untuk membedakan kerangka waktu dengan ukuran yang berbeda.

4. Investasi Awal

Investasi awal adalah biaya dimuka untuk memulai proyek atau investasi. Misalnya, jika sebuah perusahaan menginvestasikan $10 juta ke mesin baru untuk rangkaian produk terbatas, $10 juta itu akan menjadi investasi awal dan perlu dikurangkan dari total arus kas yang didiskontokan.

5. IRR

Ini adalah tingkat diskonto yang menghasilkan NPV, atau berapa banyak arus kas yang perlu disesuaikan untuk membawanya ke present value. IRR juga merupakan “x” yang perlu kita pecahkan dalam rumus ini.

Metode Penghitungan IRR

Metode Penghitungan IRR

Terdapat beberapa metode untuk digunakan sebagai cara menghitung IRR. Di bawah ini adalah tiga metode yang paling umum digunakan.

1. Metode Trial and Error:

  • Langkah 1: Mengumpulkan semua arus kas (inflow dan outflow) yang terkait dengan proyek investasi.
  • Langkah 2: Menentukan suku bunga diskonto awal yang masuk akal dan menghitung nilai NPV menggunakan rumus NPV = Σ (CFt / (1+r)^t).
  • Langkah 3: Menggunakan metode trial and error dengan mencoba berbagai nilai suku bunga diskonto sampai NPV sama dengan nol atau mendekati nol dengan cukup akurat. Setiap kali menguji nilai baru, gunakan rumus NPV untuk menghitung NPV dan memeriksa apakah nilainya mendekati nol atau tidak.Proses ini dapat diulangi dengan mengubah nilai suku bunga diskonto sampai ditemukan nilai yang menghasilkan NPV = 0 atau mendekati nol dengan cukup akurat. Nilai suku bunga diskonto yang menghasilkan NPV = 0 adalah nilai internal rate of return (IRR).

2. Metode Menggunakan Formula:

  • Langkah 1: Mengumpulkan semua arus kas (inflow dan outflow) yang terkait dengan proyek investasi.
  • Langkah 2: Menggunakan rumus IRR, yaitu IRR = (Initial Investment + ΣCFt / (1+IRR)^t) = 0. Rumus IRR tidak dapat diselesaikan secara langsung, namun nilai IRR dapat dihitung dengan menggunakan metode numerik seperti Newton-Raphson atau dengan menggunakan perangkat lunak spreadsheet yang memiliki fungsi built-in untuk menghitung IRR.

3. Metode Menggunakan Asumsi Rate of Return:

IRR = i1 + [NPV1: (NVP1-NVP2)] x (i2-i1)

Keterangan:

IRR = Internal Rate of Return

i1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan Net Present Value positif

i2 = Tingkat diskonto yang menghasilkan Net Present Value negatif

NPV1 = Net Present Value positif

NPV2 = Net Present Value negatif

Ketiga metode di atas dapat digunakan untuk menghitung IRR. Namun, metode ke-2 lebih cepat dan efisien, terutama jika menggunakan perangkat lunak spreadsheet.

Contoh Perhitungan IRR dengan Metode Trial and Error

Contoh Perhitungan IRR dengan Metode Trial and Error

Berikut adalah contoh cara menghitung IRR menggunakan metode Trial and Error.

Misalkan, Sobat Trader ingin menginvestasikan Rp 10 juta dalam suatu proyek dengan arus kas sebagai berikut:

  • Tahun 1: Rp. 2 juta
  • Tahun 2: Rp. 3 juta
  • Tahun 3: Rp. 4 juta
  • Tahun 4: Rp. 2 juta
  • Tahun 5: Rp. 1 juta
Baca Juga:  5 Cara Analisis Manajemen Risiko sebelum Berinvestasi

Sekarang, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut untuk penghitungan IRR:

Langkah 1: Mengumpulkan semua arus kas (inflow dan outflow) yang terkait dengan proyek investasi.

  • Tahun 0: -Rp 10 juta (investasi awal)
  • Tahun 1: Rp 2 juta
  • Tahun 2: Rp 3 juta
  • Tahun 3: Rp 4 juta
  • Tahun 4: Rp 2 juta
  • Tahun 5: Rp 1 juta

Langkah 2: Menentukan tingkat bunga diskonto awal yang masuk akal dan menghitung nilai NPV menggunakan rumus NPV = Σ (CFt / (1+r)^t). Misalkan, tingkat bunga diskonto awal yang masuk akal adalah 10%, maka:

NPV = -10,000,000 + 2,000,000 / (1+0.1)^1 + 3,000,000 / (1+0.1)^2 + 4,000,000 / (1+0.1)^3 + 2,000,000 / (1+0.1)^4 + 1,000,000 / (1+0.1)^5

NPV = Rp 548,181

Langkah 3: Menggunakan metode trial and error dengan mencoba berbagai nilai suku bunga diskonto sampai NPV sama dengan nol atau mendekati nol dengan cukup akurat.

Misalkan kita mencoba suku bunga diskonto 15%:

NPV = -10,000,000 + 2,000,000 / (1+0.15)^1 + 3,000,000 / (1+0.15)^2 + 4,000,000 / (1+0.15)^3 + 2,000,000 / (1+0.15)^4 + 1,000,000 / (1+0.15)^5

NPV = -Rp 86,664

Karena net present value negatif, kita akan mencoba suku bunga diskonto yang lebih rendah. Misalkan, kita mencoba suku bunga diskonto 5%:

NPV = -10,000,000 + 2,000,000 / (1+0.05)^1 + 3,000,000 / (1+0.05)^2 + 4,000,000 / (1+0.05)^3 + 2,000,000 / (1+0.05)^4 + 1,000,000 / (1+0.05)^5

NPV = Rp 1,154,880

Karena net present value positif, kita akan mencoba suku bunga diskonto yang berbeda-beda hingga NPV mendekati nol dengan cukup akurat. Dalam contoh ini, mari kita coba suku bunga diskonto 7.5%.

NPV = -10,000,000 + 2,000,000 / (1+0.075)^1 + 3,000,000 / (1+0.075)^2 + 4,000,000 / (1+0.075)^3 + 2,000,000 / (1+0.075)^4 + 1,000,000 / (1+0.075)^5

NPV = Rp 10,574

Karena NPV positif dan semakin mendekati nol, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa IRR proyek ini adalah sekitar 7.5%. Dengan kata lain, suku bunga diskonto 7.5% akan membuat NPV sama dengan nol atau menyamakan nilai investasi awal dengan nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan dari proyek tersebut.

Oleh karena itu, 7.5% adalah IRR dari proyek tersebut.

Contoh Perhitungan IRR dengan Asumsi Rate of Return

Berikut adalah contoh perhitungan IRR dengan asumsi rate of return.

Sobat Trader ingin melakukan investasi senilai Rp 140.000.000 dengan arus kas sebesar Rp 22.000.000 selama kurun waktu 6 tahun setiap tahunnya.

Asumsi untuk rate of return-nya sebesar 13%. Kemudian, ketika menghitung diskonto sebesar 12% dihasilkan NPV Rp 6.649.000 dan menghasilkan NPV sebesar Rp659.000 dengan diskonto 10%.

Dengan menggunakan rumus di atas, hasil perhitungan IRR berarti menjadi seperti ini.

IRR = i1 + [NPV1: (NVP1+NVP2)] x (i2-i1)

Selisih diskonto 12% – 10% = 2% atau Rp 6.649.000 + Rp 659.000 = Rp 7.308.000, maka nilai IRRnya adalah sebagai berikut:

IRR = 10 + (Rp 659.000 : Rp 7.308.000) x 2 = 10,18%

Jika asumsi rate of return-nya adalah sebesar 13%, maka angka 10,18% masih kecil. Berdasarkan hasil IRR ini, maka dapat disimpulkan bahwa investasi ini sebaiknya ditolak.

Baca Juga:  Deposito dan Tabungan itu Beda! Mana Lebih Baik?

Menafsirkan Hasil

Mengevaluasi apakah internal rate of return baik atau buruk bergantung sepenuhnya pada perusahaan itu sendiri. Setiap perusahaan memiliki tingkat rintangan, atau tingkat pengembalian minimum yang mereka butuhkan dari investasi agar bermanfaat.

Secara umum, investasi akan layak dilakukan jika memiliki IRR yang lebih tinggi daripada tingkat rintangan perusahaan. Saat membandingkan dua opsi, perusahaan biasanya memilih investasi dengan IRR yang lebih tinggi.

Namun, menghitung IRR saja seringkali tidak cukup untuk menilai opsi investasi sepenuhnya. Sebaliknya, Sobat Trader perlu mempertimbangkannya bersamaan dengan faktor lain seperti toleransi risiko perusahaan, kondisi ekonomi, dan durasi total investasi potensial.

Kapan (dan Mengapa) Menggunakan Internal Rate of Return?

Gunakan internal rate of return (tingkat pengembalian internal) untuk mengevaluasi dan membandingkan laju pengembalian investasi bisnis untuk memilih investasi terbaik dari proyek-proyek yang bersaing ini.

Bisnis sering memilih proyek investasi dengan pengembalian tertinggi dalam selera risiko mereka yang memenuhi tingkat rintangan minimum untuk berinvestasi. Individu juga dapat menggunakan internal rate of return untuk berinvestasi.

Itulah informasi seputar cara menghitung IRR. Buat Sobat Trader yang ingin melakukan investasi dan trading, penting untuk memahami berbagai istilah keuangan. Ada banyak istilah keuangan yang bisa kamu pelajari, salah satunya time value of money. Nah, untuk mempelajari berbagai istilah keuangan ini, kamu bisa mengakses modul glosarium kami di sini.

Tidak hanya itu, sebelum melakukan investasi dan trading, pastikan broker yang Sobat Trader gunakan sudah teregulasi BAPPEBTI dan menawarkan transaksi yang aman transparan agar terhindar dari investasi bodong.

Adapun salah satu broker trading yang bisa kamu percayakan adalah HSB Investasi. HSB Investasi tak hanya mengantongi izin resmi BAPPEBTI, tetapi juga meraih penghargaan Best Innovative Broker 2022 dari ICDX.

Di HSB, keamanan data kamu terjamin oleh sistem akun terpisah, artinya dana nasabah dan dana perusahaan dipisahkan, sehingga bertransaksi pun jadi lebih aman. Jangan tunda lagi, jadilah bagian dari jutaan trader sukses bersama HSB Investasi! Download dan registrasikan akun trading-mu sekarang juga!***

DISCLAIMER

Artikel ini ditujukan sebatas sebagai sumber informasi dan edukasi serta tidak ditujukan sebagai sumber utama pemberian saran. Perlu dipahami bahwa aktivitas finansial investasi dan trading memiliki tingkat risiko yang perlu dikelola dengan baik. Pastikan Sobat Trader telah memahami potensi risiko yang mungkin muncul agar dapat meminimalisir kerugian di masa yang akan datang.

Quick Links
HSB Investasi

HSB Investasi merupakan perusahaan pialang fintech dengan fokus dan mengutamakan Iam menyediakan layanan jasa Perdagangan Foreign Exchange (Forex), Komoditas dan Indeks Saham (stock index) dibawah PT. Handal Semesta Berjangka. Diawasi oleh otoritas keuangan, terdaftar dan diawasi oleh Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi.

Contact Us

Hotline:

+62 21-501-22288