Berinvestasi, baik dalam jangka panjang maupun pendek seperti dalam aktivitas trading, mengharuskan kita untuk melalui tahapan analisis dan perhitungan yang cermat. Dari beragam jenis analisis yang tersedia, salah satu yang bisa diaplikasikan adalah perhitungan harga wajar saham. Proses ini sangat penting untuk mengevaluasi setiap saham yang akan diinvestasikan.
Inti dari langkah ini adalah memastikan bahwa modal yang dikeluarkan tidak sia-sia. Bayangkan, bagaimana jika kamu telah menginvestasikan sejumlah uang, tapi hasilnya tidak sebanding dengan harapan? Tentu hal tersebut bisa menjadi kekecewaan yang besar.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami secara mendalam rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung harga wajar saham untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil memiliki dasar analisis yang kuat. Simak penjelasannya lebih lanjut di bawah ini.
Apa yang Dimaksud Harga Wajar Saham?
Harga wajar saham adalah harga yang dianggap adil atau seimbang berdasarkan analisis fundamental terhadap kinerja keuangan perusahaan yang menerbitkan saham. Analisis tersebut meliputi faktor-faktor seperti laba bersih, pertumbuhan pendapatan, arus kas, dividen, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi kinerja perusahaan dan prospeknya pada masa depan.
Harga wajar saham dapat digunakan sebagai acuan bagi investor dalam menentukan apakah suatu saham sedang dihargai terlalu tinggi, terlalu rendah, atau seimbang dengan nilai intrinsiknya.
7 Cara Menghitung Harga Wajar Saham dan Contohnya
Menghitung harga wajar saham kemungkinan besar terkesan merepotkan. Apalagi kebanyakan masyarakat lebih suka dengan cara yang instan. Namun urusan investasi dan keuangan tidak bisa instan.
Justru kalau kamu hanya mengandalkan insting atau perkiraan semata, sangat mungkin investasi yang dilakukan gagal. Itu sebabnya kamu harus tahu cara menghitung harga wajar saham supaya meraih keuntungan yang diinginkan. Berikut penjelasan rumus dan contohnya.
Pertama-tama ada Earning per Share (EPS) yang digunakan dengan cara membagi laba bersih perusahaan dan jumlah saham yang beredar. Nilai PER yang dianggap wajar berbeda-beda tergantung pada industri dan faktor-faktor lain yang memengaruhi perusahaan.
Makin besar EPS perusahaan maka makin besar pula kemungkinan harga sahamnya untuk naik. Oleh karena itu penggunaan EPS sebagai dasar perhitungan harga wajar saham menjadi populer di kalangan investor dan analis saham.
Contohnya, jika harga saham suatu perusahaan saat ini adalah Rp10.000 dan EPS-nya sebesar Rp500 maka perhitungan harga wajar sahamnya ialah sebagai berikut:
Harga wajar saham = harga saham ÷ EPS
Harga wajar saham = Rp10.000 ÷ Rp500
Harga wajar saham = 20
Dalam contoh ini, hasil sebesar 20 menunjukkan bahwa harga saham tersebut dianggap adil atau seimbang jika perusahaan mampu mempertahankan tingkat EPS-nya. Apabila harga saham saat ini di bawah harga wajar maka saham dianggap murah dan layak untuk dibeli.
Namun, jika harga saham saat ini di atas harga wajar maka saham dianggap mahal dan kemungkinan besar layak dijual.
2. Dividend Yield
Dividend Yield (DY) digunakan untuk menghitung rasio antara dividen per saham dengan harga saham. Dividen per saham sendiri merupakan pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham, yang dibagikan secara periodik.
Dividend Yield menunjukkan persentase dividen yang diterima investor per tahun terhadap harga saham yang dibayarkan. Makin tinggi DY suatu saham maka makin tinggi pula pembayaran dividen yang diterima investor.
Sebagai contoh, perusahaan XYZ memiliki harga saham sebesar Rp1.000 dan membayar dividen per saham sebesar Rp50. Dalam hal ini, Dividend Yield perusahaan XYZ adalah 5% yang didapat dari rumus berikut:
DY = dividen per lembar saham ÷ harga per lembar saham x 100%
DY = Rp50 ÷ Rp1.000 x 100%
DY = 5%
Jika dibandingkan dengan DY rata-rata industri yang sebesar 3% maka dapat dikatakan bahwa perusahaan XYZ memberikan keuntungan lebih kepada investor dari segi dividen.
3. Price to Book Value
Price to Book Value (PBV) berbeda dengan book value. Book value adalah modal yang dikuasai oleh perusahaan, sementara Price to Book Value (PBV) digunakan untuk menghitung rasio antara harga saham per lembar dengan nilai buku per lembar saham. Nilai buku per saham merupakan nilai aset bersih perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Metode PBV menunjukkan seberapa besar nilai pasar perusahaan dibandingkan dengan nilai bukunya. Makin tinggi hasil PBV suatu saham maka makin mahal juga harganya.
Sebagai contoh, perusahaan LMN memiliki harga saham sebesar Rp1.200 dan nilai buku per saham sebesar Rp800. Dalam hal ini, PBV perusahaan LMN ialah:
PBV = harga saham ÷ nilai buku per lembar saham
PBV = Rp1.200 ÷ Rp800
PBV = 1,5
Jika dibandingkan dengan rasio PBV rata-rata industri yang sebesar 1,3 maka dapat dikatakan bahwa harga saham perusahaan LMN sedikit overvalued.
Metode lainnya untuk menghitung harga wajar saham ialah menggunakan Price to Earning Share (PER). PER merupakan rasio antara harga saham per lembar dengan EPS yang dihasilkan perusahaan.
EPS adalah laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar. PER menunjukkan seberapa besar investor harus membayar per unit pendapatan perusahaan. Makin tinggi PER maka makin mahal juga harga saham perusahaan.
Sebagai contoh, perusahaan ABC memiliki harga saham sebesar Rp2.000 dan laba bersih sebesar Rp200. Dalam hal ini, PER perusahaan ABC adalah 10 yang didapat dengan rumus berikut:
PER = harga saham ÷ laba bersih (EPS)
PER = Rp2.000 ÷ Rp200
PER = 10
Jika dibandingkan dengan PER rata-rata industri yang sebesar 15, dapat dikatakan bahwa harga saham perusahaan ABC sedikit undervalued.
5. Price Earning to Growth Ratio
Price Earning to Growth Ratio (PEG) merupakan metode lainnya yang bisa digunakan untuk menghitung harga wajar saham. PEG menggabungkan antara PER dan pertumbuhan EPS perusahaan.
Apabila hasil perhitungan PEG terlihat rendah maka harga saham perusahaannya terbilang murah. Coba asumsikan perusahaan XYZ memiliki harga saham sebesar Rp3.000 dan EPS sebesar Rp300.
Pertumbuhan EPS perusahaan dalam 1 tahun terakhir sebesar 20%. Dalam hal ini, PER perusahaan XYZ adalah 10 (Rp3.000 ÷ Rp300) dan PEG sebesar 0,5 yang didapat dari:
PEG = PER ÷ pertumbuhan EPS
PEG = 10 ÷ 20%
PEG = 0,5
Dibandingkan dengan PER perusahaan sejenis yang sebesar 15 maka dapat dikatakan bahwa harga saham perusahaan XYZ sedikit undervalued.
6. Return on Equity
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan. ROE dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk menghitung harga wajar saham karena makin tinggi ROE suatu perusahaan maka makin efisien juga perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.
Dalam menghitung harga wajar saham dengan metode ROE, investor perlu menghitung rasio ROE perusahaan dan membandingkannya dengan ROE perusahaan sejenis di industri yang sama.
Sebagai contoh, perusahaan ABC memiliki pendapatan bersih sebanyak Rp200.000.000 dengan total ekuitas Rp1.000.000.000.000 maka perhitungannya ialah sebagai berikut:
ROE = pendapatan bersih ÷ total ekuitas x 100%
ROE = Rp200.000.000 ÷ Rp1.000.000.000 x 100%
ROE = 20%
7. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar utang suatu perusahaan dibandingkan dengan modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham.
DER dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk menghitung harga wajar saham, karena makin rendah DER maka makin rendah pula risiko perusahaan dalam hal ketidakmampuan membayar utangnya.
Dalam menghitung harga wajar saham dengan metode DER, investor perlu menghitung rasio DER perusahaan dan membandingkannya dengan rasio DER perusahaan sejenis di industri yang sama.
Sebagai contoh, perusahaan XYZ memiliki total utang sebesar Rp100.000.000.000 dan total kekayaan bersih sebesar Rp200.000.000.000. Itu berarti DER perusahaan XYZ adalah:
DER = total utang ÷ total kekayaan bersih
DER = Rp100.000.000.000 ÷ Rp200.000.000.000
DER = 0,5
Hasil tersebut bisa langsung investor bandingkan dengan DER perusahaan sejenis di industri yang sama untuk menentukan apakah saham perusahaan XYZ overvalued atau undervalued. Jika DER perusahaan XYZ lebih rendah daripada DER perusahaan sejenis maka saham perusahaan XYZ tergolong undervalued.
Sekarang kamu bisa mulai menemukan saham yang tepat dengan cara-cara menghitung harga wajar saham yang sudah dijelaskan di atas. Namun jangan lupa untuk memahami latar belakang perusahaan, kondisi pasar, dan tren industri yang sedang terjadi.
Melalui tindakan ini kamu jadi bisa membuat proyeksi yang lebih akurat terkait potensi pertumbuhan perusahaan dan nilai sahamnya pada masa depan. Jika kamu tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang trading maka tersedia materi belajar trading untuk pemula dari HSB Investasi yang bisa diakses secara gratis.
Apakah HSB Investasi legal? Mengenai legalitasnya, tidak ada keraguan lagi bahwa HSB sudah terdaftar di BAPPEBTI, menjadi anggota Bursa, dan juga tergabung dalam ICDX. Segera download aplikasi HSB dan buka akun trading sekarang juga.
Nantinya kamu jadi bisa melakukan transaksi saham secara mudah dan efisien, serta selalu mengikuti perkembangan pasar saham terbaru. Langsung saja download aplikasi HSB agar dapat bertransaksi saham dengan mudah dan cepat!
DISCLAIMER
—
Artikel ini ditujukan sebatas sebagai sumber informasi dan edukasi serta tidak ditujukan sebagai sumber utama pemberian saran. Perlu dipahami bahwa aktivitas finansial investasi dan trading memiliki tingkat risiko yang perlu dikelola dengan baik. Pastikan Sobat Trader telah memahami potensi risiko yang mungkin muncul agar dapat meminimalisir kerugian di masa yang akan datang.