Wah, kasus Sritex bangkrut dan pailit bisa menjadi salah satu pelajaran penting bagi Sobat Trader yang ingin terjun ke dunia trading saham. Pasalnya, PT Sri Rejeki Isman yang merupakan perusahaan emiten saham SRIL ini dulu dikenal sebagai raksasa tekstil Indonesia karena kualitas bahan dan pakaiannya yang sangat baik sampai-sampai dipercaya menjadi perusahaan produksi seragam militer di berbagai benua.
Saham Sritex yang dikenal dengan SRIL bahkan sempat menjadi salah satu saham yang paling dicari investor dan trader saham dalam serta luar negeri. Lalu, kenapa PT. Sritex Sri Rejeki Isman bisa sampai bangkrut? Setidaknya ada 4 penyebab utama kebangkrutan perusahaan ini, yaitu:

Sumber: laman resmi sritex.co.id
1. Hantaman Covid-19
Seperti perusahaan lainnya di seluruh dunia, Sritex atau PT Sri Rejeki Isman Tbk juga terkena dampak signifikan dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan permintaan global untuk produk tekstil akibat kebijakan moneter, pembatasan perjalanan, penutupan pabrik, dan lockdown yang terjadi di seluruh dunia.
Selain permintaan yang menurun, pandemi juga mengakibatkan gangguan pada pasokan bahan baku yang berakibat pada penundaan produksi awal dan memengaruhi produksi akhir. Sritex sudah berusaha mengurangi produksi untuk menghindari kelebihan stok dan mempertahankan cash flow yang stabil. Tetapi upaya ini justru berdampak pada pendapatan dan laba Sritex.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan pasar saham turun secara signifikan di seluruh dunia. Hal ini juga berdampak pada harga saham Sritex SRIL, yang mengalami penurunan sejak awal pandemi.
Meskipun selama sepuluh tahun terakhir Sritex berhasil memberikan pertumbuhan laba rata-rata 18,5% per tahun, tetapi sayangnya pada tahun 2021, PT Sri Rejeki Isman justru mengumpulkan kerugian bersih hingga mencapai US$1,08 miliar atau setara dengan Rp16,76 triliun.
2. Lilitan Utang Sritex
Nyatanya, lilitan utang yang membelenggu PT. Sritex Sukoharjo ini sudah terjadi sebelum pandemi Covid-19 menghantam dunia. Berdasarkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga September 2022, total liabilitas saham SRIL mencapai US$1,6 Miliar atau Rp24,66 triliun.
Lilitan utang yang menyebabkan perusahaan tekstil Sritex bangkrut didominasi oleh utang bank jangka pendek dan utang obligasi yang telah jatuh tempo dengan total US$1,36 miliar atau Rp21,4 triliun.

Sumber: Laman resmi sritex.co.id
Tumpukan utang yang menjadi penyebab kebangkrutan Sritex berasal dari utang:
- Obligasi: Sritex memiliki obligasi senilai lebih dari Rp 9 triliun. Obligasi ini diterbitkan dalam beberapa seri dengan jatuh tempo yang berbeda-beda.
- Pinjaman Bank: Sritex memiliki hutang kepada berbagai bank, termasuk Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
- Sewa Pabrik: Sritex menyewa beberapa pabrik untuk kegiatan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan memiliki hutang sewa yang cukup besar.
- Hutang Dagang: Sritex bangkrut juga karena memiliki hutang dagang kepada para pemasoknya.
- Hutang Pajak: Sritex memiliki hutang pajak kepada pemerintah.
- Hutang Lainnya: Selain lilitan hutang di atas, Sritex bangkrut juga karena memiliki hutang lainnya, seperti hutang kepada karyawan, hutang jangka pendek, dan hutang lancar lainnya.
Angka bombastis tersebut juga diakibatkan oleh adanya bunga pinjaman yang harus dibayarkan Sritex dan jika tidak dipenuhi akan menggerogoti pendapatan serta kinerja profitabilitas perusahaan.
Jika Sobat Trader memilih instrumen trading saham, penting sekali bagimu untuk melakukan analisa fundamental perhitungan pendapatan dan nilai utang perusahaan emiten penerbit saham agar target profit yang telah kamu tetapkan senantiasa aman.
3. Saham SRIL Dibekukan
Pada Oktober 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia memberlakukan penghentian sementara atau suspensi terhadap perdagangan saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX) dengan kode saham SRIL di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penghentian sementara ini dilakukan karena Sritex dianggap tidak memenuhi kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan kuartal pertama 2022 sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, OJK mengambil tindakan suspensi perdagangan saham Sritexhingga perusahaan memenuhi kewajiban tersebut.
Penghentian sementara perdagangan saham Sritex ini merupakan bagian dari upaya OJK untuk melindungi kepentingan investor dan memastikan terjadinya transparansi dan akuntabilitas di pasar modal. Setelah Sritex memenuhi kewajibannya untuk mempublikasikan laporan keuangannya, suspensi perdagangan saham akan dicabut dan perdagangan saham Sritex dapat dilanjutkan di BEI.
4. Ekuitas Sritex Negatif
Ekuitas negatif (negative equity) dalam sebuah perusahaan terjadi ketika jumlah total kewajiban atau hutang perusahaan melebihi jumlah total aset atau kepemilikan perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan menjual semua asetnya dan menggunakan hasil penjualannya untuk membayar semua hutangnya, kemudian masih ada sisa hutang yang tidak terbayarkan, maka perusahaan tersebut memiliki ekuitas negatif.
Ekuitas negatif menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami kerugian yang cukup besar atau tidak memiliki nilai aset yang mencukupi untuk menutupi semua hutangnya. Dalam hal ini, pemilik saham tidak akan menerima pembayaran apapun jika perusahaan dilikuidasi. Sebaliknya, kreditor atau pihak yang memiliki klaim terhadap perusahaan akan menjadi prioritas untuk menerima pembayaran dari penjualan aset perusahaan.
Kondisi ekuitas negatif dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain rugi operasional dalam jangka panjang, pembiayaan yang tidak tepat, atau kesalahan manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Kondisi ini dapat menjadi sinyal bahaya bagi investor dan kreditor karena menunjukkan bahwa perusahaan berisiko mengalami kebangkrutan jika tidak segera ditangani.
Oleh karena itu, perusahaan dengan ekuitas negatif dapat menghadapi kesulitan dalam memperoleh pinjaman atau modal dari pihak eksternal dan harus melakukan tindakan perbaikan keuangan yang tepat untuk memperbaiki kondisinya.
Ekuitas negatif yang dialami Sritex hingga mengakibatkan bangkrut disebut juga sebagai defisit modal. Lagi-lagi penting sekali untuk kamu pahami bahwa perusahaan emiten dengan ekuitas negatif seperti PT Sri Rejeki Isman dapat membahayakan instrumen saham yang kamu investasikan dalam jangka panjang atau kamu trading-kan dalam jangka pendek.
Nilai negatif pada ekuitas perusahaan bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan tersebut di ambang kebangkrutan atau pailit. Pada kasus Sritex, defisit modal yang terjadi hingga US$320,82 juta atau sebesar Rp8,49 triliun.

Sumber: Laman resmi sritex.co.id
5. Rasio Likuiditas & Solvensi Tidak Seimbang
Sangat penting bagi sebuah bisnis atau perusahaan untuk menjaga rasio utang jangka pendek dan kemampuannya membayar utang tersebut secara seimbang. Utang jangka pendek sebenarnya memiliki risiko yang lebih besar dari utang jangka panjang yang bisa berdampak negatif bagi kesehatan perusahaan.
Jika utang jangka pendek tidak cepat dilunasi, perusahaan akan dihadapkan pada dua rasio solvensi atau jalan keluar, yaitu melikuidasi aset untuk membayar utang atau pailit. Ada banyak kasus dimana perusahaan tetap harus pailit karena aset yang mereka miliki tidak cukup untuk membayar utang.
Mengetahui kesehatan sebuah perusahaan sangat penting dalam trading saham karena dapat memberikan gambaran tentang potensi keuntungan dan risiko yang terkait dengan membeli saham dari perusahaan tersebut.
Yang bisa Sobat Trader lakukan untuk menilai sehat atau tidaknya kinerja perusahaan penerbit sahammu, adalah dengan melakukan analisis fundamental. Gak perlu pusing cari dimana semua informasi fundamental saham incaranmu! Kamu bisa mendapatkan informasi pasar terupdate dari aplikasi trading HSB Investasi dengan cara men-download-nya di Playstore atau Appstore.
Latih juga kemampuanmu menganalisa pergerakan harga untuk meraih peluang profit dengan cara meregistrasikan akun trading HSB dan manfaatkan akun demo trading tanpa risiko sekarang juga! Cuma di HSB Investasi, Invest in Time!***
DISCLAIMER
—
Artikel ini ditujukan sebatas sebagai sumber informasi dan edukasi serta tidak ditujukan sebagai sumber utama pemberian saran. Perlu dipahami bahwa aktivitas finansial investasi dan trading memiliki tingkat risiko yang perlu dikelola dengan baik. Pastikan Sobat Trader telah memahami potensi risiko yang mungkin muncul agar dapat meminimalisir kerugian di masa yang akan datang.