Dilansir dari CNBC Indonesia, Investor kawakan Jim Simons tutup usia pada Jumat 10 Mei 2024 di New York City. Pendiri Renaissance Technologies tersebut meninggal di usia 86 tahun.
Jim Simons merupakan trader sukses dunia sekaligus pendiri Renaissance Technologies, sebuah perusahaan manajemen investasi kuantitatif (quant) dengan matematika dan statistika sebagai metode pelaksanaan investasinya. Adapun dana kekolaan paling terkenal miliknya dinamai Medallion Fund.
Antara tahun 1988 dan 2018, Medallion Fund andalan Renaissance menghasilkan keuntungan lebih dari US$100 miliar dan pengembalian tahunan rata-rata sebesar 66% sebelum biaya pengelolaan aset yang sangat besar dari perusahaan tersebut. Keuntungan tahunannya adalah 39% setelah biaya tersebut, sebuah catatan yang melampaui kinerja Warren Buffett, George Soros, Peter Lynch dan investor lainnya selama periode tersebut. Meski demikian, Medallion sudah bertahun-tahun tidak dapat diakses masyarakat umum dan hanya mengelola dana dari Simons dan rekan-rekannya.
Dari Matematikawan hingga Jadi Miliarder
Dibanding ahli matematika lain, Jim Simons lebih dikenal sebagai manajer hedge fund karena ia lebih banyak menghabiskan waktu dalam dunia investasi.
Banyak orang berpikir kalau hanya menjalani pekerjaan sebagai dosen tidak akan bisa kaya raya apalagi jadi triliuner. Hal ini diperkuat dengan testimoni dan diskursus mengenai gaji dosen yang belakangan menghangat. Akan tetapi, ternyata ada sosok yang berhasil menjadi tajir melintir meski hanya berprofesi sebagai pengajar.
Ini kisah soal James Harris Simons alias Jim Simons yang bisa jadi pembelajaran, bagaimana seorang dosen bisa punya harta US$ 30,7 miliar atau Rp 482 triliun.
Sebagai catatan, Jims Simons adalah dosen matematika asal Amerika Serikat. Bagi Simons, matematika sudah jadi bagian dari kehidupan. Pasalnya, dia selalu menyukai ilmu yang bagi sebagian orang sangat menyusahkan itu. Saking suka terhadap matematika, dia sukses lulus S3 dari University of Berkeley pada 1961 atau usia 23 tahun.
Kesukaan terhadap matematika berlanjut hingga bekerja. Dia tercatat jadi dosen di Harvard University dan sempat membantu Kementerian Pertahanan AS sebagai pemecah kode matematis. Meski begitu, ada satu hal yang mengganjal dalam perjalanan hidupnya, yakni soal uang.
Dalam otobiografi The Man Who Solved The Market How Jim Simons Launched The Quant Revolution (2019) Simons bercerita kalau dia butuh uang lebih banyak untuk hidup sehari-hari dan berulangkali terus mencari cara untuk menghasilkan uang. Alhasil, dia pun mendirikan perusahaan bernama iStar bermodalkan kemampuan matematika.
Lewat iStar, Simons berupaya mendapatkan uang dengan cara meneliti dan menghitung secara matematis perdagangan bursa saham. Cara ini pun berhasil membuat kaya raya dan membuka ide bisnis baru di sektor investasi.
Pada 1982, dia mendirikan firma investasi, Renaissance Technologies. Di sini, Simons mengumpulkan banyak ahli matematika. Semua diberi tugas serupa, yakni menciptakan model perdagangan, menganalisis informasi, dan membuat prediksi atas dinamika pasar saham.
Dalam penjelasan Wall Street Journal, cara seperti ini jadi pembeda antara perusahaan investasi Simons dengan kompetitor. Sebagai ilmuwan, Simons menjadikan perusahaan sebagai laboratorium. Semua orang bisa berbagi ide dan berkolaborasi untuk memperoleh hasil optimal.
Pada akhirnya, tugas-tugas seperti itu sukses membuat perusahaan cuan. Sejak saat itu, nama Simons semakin naik daun. Apalagi usai Renaissance Technologies terbukti menghasilkan cuan melimpah bagi para investor. Sejak 1988-2018, perusahaan berhasil membawa cuan 39% per tahun.
Sebagai pemilik perusahaan, Simons otomatis kaya raya. Forbes mencatat dia punya harta US$ 30,7 miliar atau Rp 482 triliun. Dengan harta segitu, dia menduduki posisi ke-51 orang terkaya di dunia.
Dan semua usaha itu dijalankan bersamaan dengan tugasnya sebagai dosen di banyak kampus. Jadi, selama hidupnya, dia mengajar dan juga berbisnis. Sampai sekarang, perusahaannya masih eksis dan diisi oleh banyak ahli matematika, fisika, dan komputer. Semuanya bertugas di sektor pasar modal.
Kini, Jim Simons sudah pensiun. Dalam menjalani sisa hidupnya dia juga aktif di kegiatan filantropis Amerika Serikat menyumbang banyak uang untuk kepentingan umat.
Trading Bebas Risiko dengan Akun Demo HSB1
Silahkan masukan nomor HP
Nomor Handphone harus dimulai dengan 8
Nomor HP tidak valid
Kode verifikasi dperlukan
Kode verifikasi salah
Silakan masukkan password
Kata sandi harus 8-30 digit, termasuk huruf kecil, kapital, dan angka
Minimal 8 karakter
Setidaknya 1 angka
Setidaknya 1 huruf besar
Setidaknya 1 huruf kecil
- Saham Nvidia Dkk Anjlok Hingga 13%, Ternyata Ini Sebab Utamanya
Dilansir dari CNBC Indonesia, saham Nvidia, yang baru-baru ini menjadi perusahaan paling bernilai di dunia pekan lalu, mengalami penurunan selama t...
- Perusahaan Warren Buffett Jual Saham BYD, Diduga Ini Penyebabnya
Dilansir dari Kontan, Berkshire Hathaway, perusahaan yang dimiliki oleh Warren Buffett, telah mengurangi kepemilikan sahamnya di BYD China. Menurut...
Warren Buffet Borong 29% Saham Perusahaan Minyak, Ini Bocoran AlasanyaMenurut laporan dari CNBC Indonesia, Warren Buffett telah meningkatkan kepemilikan sahamnya di Occidental Petroleum selama sembilan sesi perdaganga...
- Pendiri Gojek-Tokopedia Hengkang, Berikut Pemegang dan Pengurus GOTO
Dilansir dari CNBC Indonesia, Semua pendiri perusahaan rintisan Gojek dan Tokopedia yang juga pemilik saham dengan hak suara multipel (multiple vot...
Nasdaq Hari Ini 21 November 2024 Turun Imbas Eskalasi Rusia-UkrainaHarga Nasdaq (TECH100) hari ini turun -0,08% di level US$20.667,10 dalam 24 jam terakhir sejak artikel ini ditulis. Melansir Kontan, indeks Nasdaq ...
Trading Bebas Risiko dengan Akun Demo HSB
Silahkan masukan nomor HP
Nomor Handphone harus dimulai dengan 8
Nomor HP tidak valid
Kode verifikasi dperlukan
Kode verifikasi salah
Silakan masukkan password
Kata sandi harus 8-30 digit, termasuk huruf kecil, kapital, dan angka
Minimal 8 karakter
Setidaknya 1 angka
Setidaknya 1 huruf besar
Setidaknya 1 huruf kecil