TERKUAK! Misteri Penyebab Bangkutnya PT. Sritex Sukoharjo

Penyebab PT. Sritex bangkrut

PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau yang lebih dikenal sebagai Sritex, mantan raja tekstil Indonesia, kini telah resmi dinyatakan bangkrut. Dengan total utang yang mencapai US$1,6 miliar (sekitar Rp25,01 triliun), Sritex tak mampu lagi menahan beban finansialnya. Sementara itu, Bank Central Asia (BCA), sebagai kreditur terbesar, mencatat pinjaman sebesar US$71,30 juta (sekitar Rp1,11 triliun) ke perusahaan tersebut, belum termasuk utang jangka pendek lainnya, menurut laporan dari CNBCIndonesia.

Bagaimana bisa PT Sritex Indonesia, yang dulu berjaya di industri tekstil dan menguasai pasar, kini harus berhadapan dengan krisis finansial yang mengakhiri dominasinya?

Dalam artikel ini, kita akan menelisik lebih dalam tentang faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap kebangkrutan, sambil menyelidiki dampak isu-isu geopolitik yang berkembang dan mungkin memengaruhi iklim bisnis suatu perusahaan.

1. Hantaman Covid-19

Seperti perusahaan lainnya di seluruh dunia, Sritex atau PT Sri Rejeki Isman Tbk juga terkena dampak signifikan dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan permintaan global untuk produk tekstil akibat kebijakan moneter, pembatasan perjalanan, penutupan pabrik, dan lockdown yang terjadi di seluruh dunia. 

Selain permintaan yang menurun, pandemi juga mengakibatkan gangguan pada pasokan bahan baku yang berakibat pada penundaan produksi awal dan memengaruhi produksi akhir. Sritex sudah berusaha mengurangi produksi untuk menghindari kelebihan stok dan mempertahankan cash flow yang stabil. Tetapi upaya ini justru berdampak pada pendapatan dan laba Sritex.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan pasar saham turun secara signifikan di seluruh dunia. Hal ini juga berdampak pada harga saham Sritex SRIL, yang mengalami penurunan sejak awal pandemi. Meskipun selama sepuluh tahun terakhir Sritex berhasil memberikan pertumbuhan laba rata-rata 18,5% per tahun, tetapi sayangnya pada tahun 2021, PT Sri Rejeki Isman justru mengumpulkan kerugian bersih hingga mencapai US$1,08 miliar atau setara dengan Rp16,76 triliun.

Lilitan utang PT. Sritex

2. Lilitan Utang Sritex

Nyatanya, lilitan utang yang membelenggu PT. Sritex Sukoharjo ini sudah terjadi sebelum pandemi Covid-19 menghantam dunia. Berdasarkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga September 2022, total liabilitas saham SRIL mencapai US$1,6 Miliar atau Rp24,66 triliun.

Lilitan utang yang menyebabkan perusahaan tekstil Sritex bangkrut didominasi oleh utang bank jangka pendek dan utang obligasi yang telah jatuh tempo dengan total US$1,36 miliar atau Rp21,4 triliun. Tumpukan utang yang menjadi penyebab kebangkrutan Sritex berasal dari utang:

  • Obligasi: Sritex memiliki obligasi senilai lebih dari Rp 9 triliun. Obligasi ini diterbitkan dalam beberapa seri dengan jatuh tempo yang berbeda-beda.
  • Pinjaman Bank: Sritex memiliki hutang kepada berbagai bank, termasuk Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). 
  • Sewa Pabrik: Sritex menyewa beberapa pabrik untuk kegiatan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan memiliki hutang sewa yang cukup besar. 
  • Hutang Dagang: Sritex bangkrut juga karena memiliki hutang dagang kepada para pemasoknya.
  • Hutang Pajak: Sritex memiliki hutang pajak kepada pemerintah.
  • Hutang Lainnya: Selain lilitan hutang di atas, Sritex bangkrut juga karena memiliki hutang lainnya, seperti hutang kepada karyawan, hutang jangka pendek, dan hutang lancar lainnya.

Angka bombastis tersebut juga diakibatkan oleh adanya bunga pinjaman yang harus dibayarkan Sritex dan jika tidak dipenuhi akan menggerogoti pendapatan serta kinerja profitabilitas perusahaan. 

Jika Sobat Trader memilih instrumen trading saham, penting sekali bagimu untuk melakukan analisa fundamental perhitungan pendapatan dan nilai utang perusahaan emiten penerbit saham agar target profit yang telah kamu tetapkan senantiasa aman.

3. Saham SRIL Dibekukan

Pada Oktober 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia memberlakukan penghentian sementara atau suspensi terhadap perdagangan saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX) dengan kode saham SRIL di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penghentian sementara ini dilakukan karena Sritex dianggap tidak memenuhi kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan kuartal pertama 2022 sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, OJK mengambil tindakan suspensi perdagangan saham Sritexhingga perusahaan memenuhi kewajiban tersebut.

Penghentian sementara perdagangan saham Sritex ini merupakan bagian dari upaya OJK untuk melindungi kepentingan investor dan memastikan terjadinya transparansi dan akuntabilitas di pasar modal. Setelah Sritex memenuhi kewajibannya untuk mempublikasikan laporan keuangannya, suspensi perdagangan saham akan dicabut dan perdagangan saham Sritex dapat dilanjutkan di BEI.

Ekuitas PT Sritex negatif

4. Ekuitas Sritex Negatif

Ekuitas negatif (negative equity) dalam sebuah perusahaan terjadi ketika jumlah total kewajiban atau hutang perusahaan melebihi jumlah total aset atau kepemilikan perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan menjual semua asetnya dan menggunakan hasil penjualannya untuk membayar semua hutangnya, kemudian masih ada sisa hutang yang tidak terbayarkan, maka perusahaan tersebut memiliki ekuitas negatif.

Ekuitas negatif menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami kerugian yang cukup besar atau tidak memiliki nilai aset yang mencukupi untuk menutupi semua hutangnya. Dalam hal ini, pemilik saham tidak akan menerima pembayaran apapun jika perusahaan dilikuidasi. Sebaliknya, kreditor atau pihak yang memiliki klaim terhadap perusahaan akan menjadi prioritas untuk menerima pembayaran dari penjualan aset perusahaan.

Kondisi ekuitas negatif dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain rugi operasional dalam jangka panjang, pembiayaan yang tidak tepat, atau kesalahan manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Kondisi ini dapat menjadi sinyal bahaya bagi investor dan kreditor karena menunjukkan bahwa perusahaan berisiko mengalami kebangkrutan jika tidak segera ditangani. 

Oleh karena itu, perusahaan dengan ekuitas negatif dapat menghadapi kesulitan dalam memperoleh pinjaman atau modal dari pihak eksternal dan harus melakukan tindakan perbaikan keuangan yang tepat untuk memperbaiki kondisinya.

Ekuitas negatif yang dialami Sritex hingga mengakibatkan bangkrut disebut juga sebagai defisit modal. Lagi-lagi penting sekali untuk kamu pahami bahwa perusahaan emiten dengan ekuitas negatif seperti PT Sri Rejeki Isman dapat membahayakan instrumen saham yang kamu investasikan dalam jangka panjang atau kamu trading-kan dalam jangka pendek.

Nilai negatif pada ekuitas perusahaan bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan tersebut di ambang kebangkrutan atau pailit. Pada kasus Sritex, defisit modal yang terjadi hingga US$320,82 juta atau sebesar Rp8,49 triliun. 

Jajaran direksi PT. Sritex

5. Rasio Likuiditas & Solvensi Tidak Seimbang

Sangat penting bagi sebuah bisnis atau perusahaan untuk menjaga rasio utang jangka pendek dan kemampuannya membayar utang tersebut secara seimbang. Utang jangka pendek sebenarnya memiliki risiko yang lebih besar dari utang jangka panjang yang bisa berdampak negatif bagi kesehatan perusahaan. Jika utang jangka pendek tidak cepat dilunasi, perusahaan akan dihadapkan pada dua rasio solvensi atau jalan keluar, yaitu melikuidasi aset untuk membayar utang atau pailit. Ada banyak kasus dimana perusahaan tetap harus pailit karena aset yang mereka miliki tidak cukup untuk membayar utang.

Mengetahui kesehatan sebuah perusahaan sangat penting dalam trading saham karena dapat memberikan gambaran tentang potensi keuntungan dan risiko yang terkait dengan membeli saham dari perusahaan tersebut.

6. Bagaimana Nasib Para Pekerja Sritex?

Setelah dinyatakan bangkrut, nasib ribuan karyawan Sritex kini tidak menentu, terutama terkait kemungkinan PHK dan pesangon. Dilansir CNN, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), Ristadi, menjelaskan dua skenario yang mungkin terjadi:

  1. Karyawan Tetap Bekerja: Pemilik baru bisa saja mempertahankan karyawan lama, tetapi status mereka akan dianggap baru, sehingga masa kerja sebelumnya tidak dihitung.
  2. PHK dan Rekrutmen Baru: Pemilik baru mungkin memilih untuk tidak mempekerjakan karyawan lama dan merekrut tenaga kerja baru. Ini akan menyebabkan PHK bagi banyak karyawan.

Masalah pesangon juga menjadi perhatian karena besarnya utang Sritex. Dengan utang sekitar Rp25 triliun dan aset hanya Rp15 triliun, ada risiko besar bahwa karyawan yang di-PHK mungkin hanya menerima sebagian kecil dari pesangon atau bahkan tidak mendapatkan apa-apa, yang memicu kekhawatiran akan aksi protes.

Trading di akun live HSB mulai dari Rp600 ribu saja

Kisah Sritex ini menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya memahami fundamental perusahaan sebelum berinvestasi atau trading saham. Begitu pula dalam dunia trading forex, analisis yang teliti terhadap pergerakan pasar, manajemen risiko, dan perhitungan matang dapat membantu kita membuat keputusan yang bijak.

Ingin mengasah keterampilan trading kamu tanpa risiko? Yuk, coba akun demo gratis HSB sebagai salah satu cara efektif untuk mempraktikkan skill trading tanpa risiko finansial yang sebenarnya. 

Dengan menggunakan aplikasi trading HSB, kamu dapat berlatih dengan chart patterns lengkap dan fitur manajemen risiko tanpa risiko kehilangan uang sungguhan. Selain itu, kamu juga bisa memantau harga saham harian, harga emas hari ini, atau harga minyak dunia untuk membantu menyusun strategi trading yang lebih efektif.

Manfaatkan aplikasi trading terpercaya HSB untuk pengalaman trading yang mulus dan efisien, lengkap dengan broker forex terbaik di Indonesia.

Unduh aplikasi HSB Investasi sekarang di Android dan iOS. Mulai perjalanan trading online sekarang!!

Apa yang terjadi dengan Sritex?

Sritex menghadapi masalah keuangan dan utang yang cukup besar, yang menjadi perhatian investor dan pasar.

Kapan saham SRIL delisting?

Informasi terkait delisting saham SRIL akan bergantung pada keputusan dari bursa atau otoritas terkait, yang dapat berubah seiring perkembangan situasi.

Sampai kapan saham SRIL suspend?

Penangguhan saham SRIL dapat berlangsung sesuai kebijakan bursa dan regulator. Periode penangguhan dapat bervariasi dan akan diumumkan oleh bursa terkait.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya