Daftar Isi
Saham Bank Raksasa RI Kompak Naik, BMRI Jadi Juaranya

Dilansir dari CNBC Indonesia, Saham perbankan terpantau kembali bergairah pada perdagangan sesi I Kamis (6/6/2024), setelah beberapa hari sebelumnya cenderung merana.

Per pukul 11:38 WIB, keempat saham bank raksasa bergariah pada sesi I hari ini, dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang paling kencang penguatannya di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,67% ke posisi Rp 6.100/unit.

Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling minor penguatannya pada sesi I hari ini, yakni menguat 0,53% menjadi Rp 9.500/unit.

Saham perbankan raksasa kembali menjadi penopang atau movers IHSG pada sesi I hari ini, dengan saham BMRI menjadi penopang terbesar yakni mencapai 9,2 indeks poin.

Berikut pergerakan saham bank raksasa pada sesi I hari ini.

Emiten                                 Kode Saham     Harga Terakhir   Perubahan Harga

Bank Mandiri                         BMRI                   6100                     1,67%

Bank Negara Indonesia        BBNI                   4660                     1,08%

Bank Rakyat Indonesia        BBRI                   4440                     0,91%

Bank Central Asia                  BBCA                  9500                     0,53%

Sumber: RTI

Dalam beberapa hari terakhir, volatilitas saham perbankan raksasa masih cukup tinggi. Namun pada pekan ini, saham perbankan cenderung membentuk tren bullish, meski beberapa lainnya masih cenderung lesu.

Saham perbankan yang dinilai sudah murah dan sudah masuk fase jenuh penjualan (oversold) membuat investor cenderung kembali memburu saham perbankan raksasa dan menyebabkan saham perbankan raksasa kembali bangkit.

Selain itu, sentimen pasar yang mulai membaik dalam jangka pendek membuat saham perbankan raksasa kembali bergairah. Pelaku pasar kembali optimis dengan berakhirnya era suku bunga tinggi pada tahun ini, setelah melihat beberapa data ekonomi dan tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) mulai mendingin.

Para pelaku pasar melihat kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini terjadi dua kali, yakni pada pertemuan September dan Desember.

Pada pertemuan 18 September 2024, pasar melihat kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Sehingga target suku bunga menjadi 5,00%-5,25%. Kemudian, The Fed akan sekali lagi menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5,00% pada pertemuan 18 Desember 2024.

Harapan ini didukung oleh sejumlah data tenaga kerja dan performa manufaktur Amerika Serikat yang terlihat lesu.

Data terbaru, laporan Ketenagakerjaan ADP menunjukkan bahwa data penggajian swasta meningkat sebesar 152.000 pekerjaan pada bulan lalu, paling sedikit sejak bulan Januari dan jauh di bawah rata-rata 194.000 pada tahun lalu.

Ekonom yang disurvei olehReutersmemperkirakan lapangan kerja swasta meningkat sebesar 175.000 pada bulan lalu.

Laporan tersebut merupakan indikasi terbaru bahwa pertumbuhan lapangan kerja sedang moderat, namun pasar kerja belum sepenuhnya melemah akibat kenaikan suku bunga sebesar 525 basis poin dari The Fed sejak Maret 2022, meskipun data lain menunjukkan pasar kerja mulai memasuki masa pertumbuhan. keseimbangan yang lebih baik.

Selain itu, salah satu penyebab saham perbankan mulai bangkit kembali yakni aksi buyback oleh direksi beberapa perbankan ketika harga sahamnya sedang terkoreksi.

Pada pertengahan Mei lalu, sejumlah direksi justru memanfaatkan momentum untuk memborong saham perbankan, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan BBCA. Sedangkan untuk BMRI masih bersifat rencana.

Di BBRI, manajemen melakukan buyback sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 13 Maret 2023 lalu.

BBRI diketahui telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan buyback saham maksimum sebesar Rp 1,5 triliun yang prosesnya dilaksanakan dalam kurun waktu 18 bulan sejak disetujui di RUPST.

Sedangkan di saham BBNI, jajaran direksinya pun juga memanfaatkan harga BBNI yang sudah terdiskon. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar tercatat membeli 212.300 lembar saham BBNI pada 7 Mei 2024 di harga Rp 4.710 per lembar. Dengan transaksi tersebut, Royke merogoh kocek hampir Rp1 miliar atau Rp 999,93 juta.

Sementara untuk BBCA, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja membeli saham BBCA sebanyak 221.100 lembar. Transaksi tersebut dilakukan pada 30 Mei lalu, berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

DISCLAIMER
Artikel ini bersifat informatif dan edukatif, ditujukan hanya sebagai sumber pembelajaran dan bukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan. Perlu Anda pahami bahwa produk dengan leverage tinggi memiliki potensi risiko kerugian yang juga tinggi, sehingga perlu dikelola dengan baik melalui pemahaman dan kemampuan analisa yang tepat. HSB Investasi tidak bertanggung jawab atas kesalahan keputusan yang dibuat berdasarkan konten ini. Sesuai ketentuan yang berlaku, HSB hanya menyediakan 45 instrumen trading yang dapat Anda pelajari di website resmi kami.

Trading Bebas Risiko dengan Akun Demo HSB1

Silahkan masukan nomor HP

Nomor Handphone harus dimulai dengan 8

Nomor HP tidak valid

Kode verifikasi dperlukan

Kode verifikasi salah

Silakan masukkan password

Kata sandi harus 8-30 digit, termasuk huruf kecil, kapital, dan angka

Minimal 8 karakter

Setidaknya 1 angka

Setidaknya 1 huruf besar

Setidaknya 1 huruf kecil

Satu juta download!
Artikel Lainnya

Trading Bebas Risiko dengan Akun Demo HSB

Silahkan masukan nomor HP

Nomor Handphone harus dimulai dengan 8

Nomor HP tidak valid

Kode verifikasi dperlukan

Kode verifikasi salah

Silakan masukkan password

Kata sandi harus 8-30 digit, termasuk huruf kecil, kapital, dan angka

Minimal 8 karakter

Setidaknya 1 angka

Setidaknya 1 huruf besar

Setidaknya 1 huruf kecil

Satu juta download!
Mulai Pengalaman Trading Terbaik