Rangkuman Berita Penting: Harga Emas Naik, Minyak Turun, Wall Street Melemah

the fed chairman Jerome Powell

Harga Emas Naik 1,24%, Sentuh Level $3.065

Harga emas hari ini terus menguat pada hari Jumat, mencatatkan rekor tertinggi di level $3.065 di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump. Pemberlakuan tarif 25% untuk impor mobil dan suku cadang meningkatkan ketegangan perdagangan global, mendorong trader beralih ke emas sebagai aset aman.

Saat ini, XAU/USD diperdagangkan di sekitar $3.065, naik lebih dari 1%. Kenaikan ini memperpanjang tren bullish emas, dengan harga berhasil menembus level $3.050.

Harga Minyak Turun 0,02%, Sentuh Level $69,9 per Barel

Harga minyak dunia hari ini di sekitar $69,70 pada sesi Asia, Jumat, setelah sempat mencapai level tertinggi dalam satu bulan. Kenaikan harga ini dipicu oleh ancaman tarif AS terhadap negara pembeli minyak Venezuela. Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif sekunder sebesar 25% bagi pembeli minyak Venezuela mulai 2 April, yang mendorong kenaikan harga minyak.

Pada tahun 2024, AS mengimpor minyak dan gas dari Venezuela senilai $5,6 miliar. Selain itu, laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan penurunan stok minyak mentah sebesar 3,341 juta barel pada 21 Maret, dibandingkan dengan kenaikan 1,745 juta barel di pekan sebelumnya. Pasar sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 1,6 juta barel, yang turut mendukung kenaikan harga minyak.

Namun, tarif otomotif yang diberlakukan Trump berpotensi menekan permintaan minyak. Ia menetapkan tarif 25% untuk mobil impor mulai 2 April dan suku cadang mulai 3 Mei. Analis menilai kebijakan ini sebagai hambatan utama bagi harga minyak di masa mendatang.

Indeks Wall Street Melemah, S&P 500 dan Nasdaq Turun

Indeks utama Wall Street berakhir di zona merah pada perdagangan Kamis (27/3), dengan S&P 500 turun 0,33% ke 5.693,31 dan Nasdaq melemah 0,53% ke 17.804,03. Dow Jones Industrial Average juga mencatat penurunan 0,37% ke 42.299,70, dipicu kekhawatiran investor terhadap kebijakan perdagangan AS yang baru. Dari 11 sektor di S&P 500, delapan mengalami pelemahan, dipimpin oleh sektor energi yang anjlok 0,85%.

Investor masih mencermati kebijakan tarif impor yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, yang berpotensi mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan tekanan inflasi. Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 14,7 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 16,3 miliar saham dalam 20 hari terakhir. Fokus pasar kini tertuju pada rilis data ekonomi, termasuk indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang akan diumumkan pada hari Jumat.

BOJ Pertimbangkan Kenaikan Suku Bunga di Tengah Tekanan Inflasi dan Tarif AS

Bank of Japan (BOJ) masih terpecah dalam menentukan waktu kenaikan suku bunga berikutnya, dengan beberapa anggota dewan mengkhawatirkan lonjakan inflasi domestik, sementara lainnya mencermati dampak kebijakan tarif AS. Dalam pertemuan Maret, beberapa anggota menyoroti kenaikan harga pangan dan peningkatan upah sebagai alasan untuk memperketat kebijakan moneter guna mengendalikan inflasi yang telah melampaui target 2% selama hampir tiga tahun.

Namun, sebagian anggota dewan lebih waspada terhadap risiko perlambatan ekonomi akibat kenaikan tarif AS yang dapat berdampak negatif pada ekonomi Jepang. Dengan ancaman ketidakpastian global, BOJ menegaskan perlunya berhati-hati dalam menentukan waktu kenaikan suku bunga, meskipun tekanan inflasi domestik semakin meningkat.

Dolar AS Stabil Menjelang Data PCE dan Kebijakan Tarif Baru

Dolar AS bertahan stabil pada akhir pekan, meskipun mengalami pelemahan kuartalan akibat kekhawatiran bahwa kebijakan tarif baru dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi AS. Penurunan imbal hasil obligasi dan tekanan pada pasar saham turut membebani pergerakan dolar, sementara mata uang lain seperti euro dan yen mencatat penguatan dalam beberapa bulan terakhir.

Investor kini menanti rilis data inflasi PCE inti AS, yang diperkirakan naik 0,3% pada Februari. Jika angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi, tekanan terhadap dolar bisa meningkat. Sementara itu, kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang akan diumumkan pekan depan semakin menambah ketidakpastian, terutama dengan rencana penerapan tarif 25% untuk impor mobil pada 3 April.

Kanada Siapkan Tindakan Balasan atas Tarif Otomotif Trump

Perdana Menteri Kanada Mark Carney menyatakan bahwa Kanada akan merespons tarif otomotif 25% yang direncanakan Presiden AS Donald Trump dengan langkah perdagangan balasan. Carney menegaskan bahwa tindakan ini bertujuan meminimalkan dampak pada ekonomi Kanada, sembari memberikan tekanan maksimal pada Amerika Serikat. Tarif ini dikhawatirkan akan meningkatkan harga kendaraan di AS dan mengganggu hubungan dagang kedua negara.

Selain Kanada, negara-negara Eropa juga mempertimbangkan pembalasan terhadap kebijakan Trump. Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Menteri Keuangan Prancis Eric Lombard mengkritik tarif tersebut, menyebutnya sebagai ancaman bagi ekonomi global. Sementara itu, industri otomotif menghadapi tekanan besar, dengan JP Morgan memperkirakan kenaikan harga mobil baru hingga US$ 5.300 akibat tarif ini.

Trump Pertimbangkan Pengurangan Tarif demi Penjualan TikTok

Presiden AS Donald Trump menyatakan kesiapan untuk mengurangi tarif terhadap China guna mempercepat penjualan TikTok oleh ByteDance sebelum tenggat waktu 5 April. Jika kesepakatan belum tercapai, Trump membuka kemungkinan perpanjangan waktu, menegaskan bahwa tarif dapat menjadi alat negosiasi dalam proses ini. Washington khawatir kepemilikan TikTok oleh ByteDance dapat digunakan pemerintah China untuk mengumpulkan data pengguna AS.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan China menegaskan kesiapan untuk bernegosiasi berdasarkan prinsip kesetaraan dan keuntungan bersama. Penggunaan tarif sebagai tekanan politik bukan hal baru bagi Trump, yang sebelumnya telah menaikkan tarif impor China sebesar 20%. Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, masa depan TikTok di AS masih belum pasti, terutama di tengah kritik atas potensi pelanggaran kebebasan berbicara akibat kebijakan ini.

RBA Diprediksi Tahan Suku Bunga di April, Potensi Pemangkasan di Mei

Reserve Bank of Australia (RBA) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada 4,10% dalam pertemuan 1 April mendatang, menurut jajak pendapat Reuters. Bank sentral menunggu kepastian penurunan inflasi sebelum melanjutkan pemangkasan lebih lanjut, meskipun sebagian besar ekonom memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga tahun ini, dengan yang pertama kemungkinan terjadi pada Mei.

Dengan inflasi inti masih berada di 3,2%, RBA diperkirakan akan mengambil langkah hati-hati dalam siklus pemangkasan suku bunga agar tidak memicu lonjakan harga perumahan. Mayoritas ekonom memperkirakan pemangkasan 25 basis poin menjadi 3,85% setelah rilis data inflasi kuartalan berikutnya, dengan kemungkinan satu pemotongan lagi hingga September sebelum stabil hingga 2026.

Ingin mencoba trading Indeks dunia? Gunakan aplikasi trading terbaik dari HSB Investasi, broker forex terbaik yang teregulasi BAPPEBTI, untuk mulai trading saham Amerika seperti Nike dengan lebih percaya diri. Dengan HSB, kamu dapat memanfaatkan berbagai fitur unggulan dan promo broker forex yang membantu meningkatkan potensi profitmu.  Segera buka akun aplikasi trading forex HSB dan mulailah berinvestasi dengan lebih aman dan terampil. Unduh aplikasi trading saham untuk Android dan iOS di sini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News HSB Investasi untuk informasi dan edukasi seputar trading, investasi keuangan, dan ekonomi.

Bagikan Artikel