Daftar Isi
Bagaimana Nasib Iran Pasca Kematian Presiden Ebrahim Raisi?

Dilansir dari BBC Indonesia, Kematian Raisi dalam kecelakaan helikopter pada hari Minggu (19/05) telah membalikkan spekulasi yang berkembang mengenai siapa yang pada akhirnya akan menggantikan pemimpin tertinggi berusia 85 tahun, Ayatollah Ali Khamenei, yang kondisi kesehatannya telah lama menjadi sorotan.

Nasib tragis presiden garis keras Iran diperkirakan tidak akan mengganggu arah kebijakan Iran atau mengguncang Republik Islam dengan konsekuensi apa pun.

Namun hal ini akan menguji sistem di mana kelompok garis keras konservatif kini mendominasi semua lini kekuasaan, baik yang dipilih maupun tidak.

"Sistem ini akan menunjukkan kematiannya secara besar-besaran dan tetap berpegang pada prosedur konstitusional untuk menunjukkan fungsinya, sementara sistem ini mencari rekrutan baru yang dapat mempertahankan persatuan konservatif dan kesetiaan kepada Khamenei,” kata Dr Sanam Vakil, direktur program Timur Tengah dan Afrika Utara di lembaga pemikir Chatham House.

Penentang Raisi bersorak atas kematian mantan jaksa yang dituduh berperan penting dalam eksekusi massal tahanan politik pada tahun 1980-an; mereka berharap berakhirnya pemerintahannya akan mempercepat berakhirnya rezim ini.

Bagi kelompok konservatif yang berkuasa di Iran, pemakaman kenegaraan akan menjadi sebuah peristiwa yang penuh dengan emosi; ini juga akan menjadi peluang untuk mulai mengirimkan sinyal kesinambungan.

Mereka tahu bahwa mata dunia tertuju pada mereka.

"Selama 40 tahun, dalam narasi Barat, Iran seharusnya runtuh dan hancur," ujar Profesor Mohammed Marandi dari Universitas Tehran kepada BBC.

Tapi entah bagaimana, secara ajaib, Iran masih ada dan saya memperkirakan itu akan tetap ada di tahun-tahun mendatang." kata dia.

Posisi penting lainnya yang harus diisi adalah kursi kosong Raisi di Majelis Ahli, yaitu badan yang diberi wewenang untuk memilih pemimpin tertinggi baru, ketika transisi yang jauh lebih penting terjadi.

"Raisi adalah calon penerus karena, seperti Khamenei sendiri ketika dia menjadi pemimpin tertinggi, dia masih relatif muda, sangat setia, seorang ideolog yang berkomitmen pada sistem yang memiliki pengakuan nama,” kata Dr Vakil tentang proses seleksi yang tidak jelas ini, di mana sejumlah Beberapa nama terlihat ikut mencalonkan diri, termasuk putra Pemimpin Tertinggi Mojtaba Khamenei.

Bahkan sebelum kematian Raisi dikonfirmasi secara resmi, Ayatollah menyampaikan dalam unggahannya di X - dulu bernama Twitter - bahwa "rakyat Iran tidak perlu khawatir, tidak ada gangguan dalam urusan negara".

Tantangan geopolitik yang lebih mendesak adalah menyelenggarakan pemilihan presiden lebih dini.

Kekuasaan Iran saat ini telah dialihkan ke Wakil Presiden Mohammad Mokhber. Sementara presiden baru harus digelar dalam waktu 50 hari ke depan.

Imbauan kepada para pemilih ini muncul hanya beberapa bulan setelah pemilu parlemen pada bulan Maret silam, yang menunjukkan rekor jumlah pemilih yang rendah.

Pemilu baru-baru ini, termasuk pemilu tahun 2021 yang membawa Raisi ke kursi kepresidenan, juga ditandai dengan pengecualian sistematis terhadap lawan-lawannya yang moderat dan pro-reformasi oleh badan pengawas.

"Pemilihan presiden yang dilakukan lebih awal dapat memberikan kesempatan bagi Khamenei dan para petinggi negara untuk membalikkan keadaan tersebut guna memberikan para pemilih jalan kembali ke dalam proses politik,” kata Mohammad Ali Shabani, editor situs berita Amwaj.media yang berbasis di London.

"Tapi sayangnya, sejauh ini kami belum melihat indikasi negara siap dan bersedia mengambil langkah tersebut."

Namun, bahkan di jajaran Raisi, tampaknya belum ada penerus yang jelas.

“Ada kubu berbeda dalam kelompok konservatif ini, termasuk individu yang lebih garis keras dan kubu lain yang dianggap lebih pragmatis,” kata Hamidreza Azizi, peneliti tamu di SWP, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Berlin.

Dia meyakini ini akan perebutan posisi di parlemen baru dan di tingkat daerah akan makin intensif.

Siapa pun yang mengambil alih peran Raisi akan mewarisi agenda terlarang dan kekuasaan yang terbatas.

Otoritas pengambilan keputusan tertinggi di Republik Islam tersebut ada di tangan Pemimpin Tertinggi.

Tag Terkait:
DISCLAIMER
Artikel ini bersifat informatif dan edukatif, ditujukan hanya sebagai sumber pembelajaran dan bukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan. Perlu Anda pahami bahwa produk dengan leverage tinggi memiliki potensi risiko kerugian yang juga tinggi, sehingga perlu dikelola dengan baik melalui pemahaman dan kemampuan analisa yang tepat. HSB Investasi tidak bertanggung jawab atas kesalahan keputusan yang dibuat berdasarkan konten ini. Sesuai ketentuan yang berlaku, HSB hanya menyediakan 45 instrumen trading yang dapat Anda pelajari di website resmi kami.

Trading Bebas Risiko dengan Akun Demo HSB1

Silahkan masukan nomor HP

Nomor Handphone harus dimulai dengan 8

Nomor HP tidak valid

Kode verifikasi dperlukan

Kode verifikasi salah

Silakan masukkan password

Kata sandi harus 8-30 digit, termasuk huruf kecil, kapital, dan angka

Minimal 8 karakter

Setidaknya 1 angka

Setidaknya 1 huruf besar

Setidaknya 1 huruf kecil

Satu juta download!
Artikel Lainnya

Trading Bebas Risiko dengan Akun Demo HSB

Silahkan masukan nomor HP

Nomor Handphone harus dimulai dengan 8

Nomor HP tidak valid

Kode verifikasi dperlukan

Kode verifikasi salah

Silakan masukkan password

Kata sandi harus 8-30 digit, termasuk huruf kecil, kapital, dan angka

Minimal 8 karakter

Setidaknya 1 angka

Setidaknya 1 huruf besar

Setidaknya 1 huruf kecil

Satu juta download!
Mulai Pengalaman Trading Terbaik