Rangkuman Berita Penting: Emas Meroket, Minyak Anjlok, AUD Kuat, Shutdown AS Usai

the fed chairman Jerome Powell

Emas Tembus $4.194, Pasar Tunggu Data AS Pasca-Shutdown untuk Konfirmasi Suku Bunga Fed

Harga emas hari ini memperpanjang relinya di sesi Asia Kamis, bertahan kuat setelah ditutup melonjak 1,62% di $4.194,5 per troy ons. Kenaikan ke level tertinggi sejak 21 Oktober ini didorong oleh antisipasi pasar terhadap berakhirnya shutdown pemerintah AS. Pelaku pasar kini menunggu “banjir” data ekonomi AS yang tertunda untuk mendapatkan kejelasan.

Investor berspekulasi data yang akan rilis tersebut akan menunjukkan pelemahan ekonomi, yang memaksa The Fed untuk memangkas suku bunga. Pasar memperkirakan peluang 64% untuk penurunan suku bunga Desember, yang mendukung emas. Namun, kenaikan ini berisiko jika para pejabat Fed yang masih terpecah ternyata mengeluarkan pernyataan hawkish yang menentang pemangkasan suku bunga.

Harga Minyak Anjlok 4,38% Setelah OPEC Ubah Prospek Pasar Jadi ‘Seimbang’

Harga minyak dunia jatuh tajam pada Rabu, ditutup anjlok -4,38% di $58.467 per barel. Kejatuhan ini dipicu oleh Laporan Bulanan Pasar Minyak (MOMR) OPEC yang secara drastis mengubah proyeksinya. OPEC kini menyatakan pasar global diperkirakan akan “seimbang” pada tahun 2026, menghapus proyeksi defisit sebelumnya.

Perubahan pandangan ini didasarkan pada lonjakan pasokan dari produsen non-OPEC (terutama AS, Brasil, dan Guyana) yang diperkirakan naik 1,3 juta barel per hari tahun depan. Laporan ini, ditambah dengan data IEA yang menunjukkan konsumsi melambat dan margin kilang yang melemah, membuat pasar menilai pasokan kini telah melampaui permintaan.

AUD Melonjak, Data Pekerjaan Jauh Lampaui Ekspektasi

Dolar Australia (AUD) melonjak terhadap Dolar AS pada hari Kamis, melanjutkan penguatannya untuk sesi kedua berturut-turut. Penguatan ini dipicu oleh rilis data tenaga kerja Australia yang jauh lebih kuat dari perkiraan. Laporan resmi menunjukkan Tingkat Pengangguran turun menjadi 4,3% (lebih baik dari ekspektasi 4,4%), sementara Pertambahan Lapangan Kerja melonjak menjadi 42,2K, lebih dari dua kali lipat perkiraan pasar.

Kenaikan AUD juga didukung oleh data Kepercayaan Konsumen Westpac yang melonjak 12,8% di bulan November, mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun. Selain itu, sentimen hawkish dari bank sentral Australia (RBA) tetap terjaga, dengan pejabat RBA Andrew Hauser baru-baru ini menekankan perlunya “mempertahankan kondisi ketat” untuk menekan inflasi, yang mengurangi ekspektasi pelonggaran kebijakan.

DPR AS Setuju, Shutdown Terpanjang dalam Sejarah AS Akan Berakhir

Penutupan pemerintahan (government shutdown) terpanjang dalam sejarah AS akan segera berakhir setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS menyetujui paket pendanaan. Melalui pemungutan suara 222-209 pada hari Rabu, DPR meloloskan RUU yang sebelumnya telah disahkan oleh Senat pada hari Senin.

Dengan momentum bipartisan yang kuat, RUU ini telah berhasil melewati kedua kamar Kongres. Paket pendanaan ini sekarang akan langsung dikirim ke meja Presiden Donald Trump untuk ditandatangani menjadi undang-undang. Penandatanganan ini akan secara resmi memulihkan dana dan membuka kembali operasional penuh pemerintah federal.

GBP Menanti Data PDB Q3 Hari Ini, Tentukan Arah Suku Bunga BoE

Pound Sterling (GBP) menjadi fokus utama pasar pada hari Kamis (13/11), menjelang rilis data PDB (GDP) Kuartal Ketiga Inggris pada pukul 14:00 WIB. Pasar mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang sangat sederhana, hanya 0,2% (QoQ), melambat dari 0,3% di kuartal kedua, sejalan dengan perkiraan Bank of England (BoE).

Data ini sangat krusial karena akan memengaruhi keputusan suku bunga BoE pada 18 Desember. Jika angka PDB dirilis lebih lemah dari ekspektasi 0,2%—menyusul data pasar tenaga kerja yang sudah mendingin—peluang pemangkasan suku bunga 25 bps akan melonjak dan berpotensi menekan GBP. Secara teknikal, GBP/USD tertahan di resistance 1.3200, dengan support di 1.3010.

Yen Jepang Tetap Tertekan, Dilema Antara Stimulus Takaichi dan Ancaman Intervensi

Yen Jepang (JPY) tetap defensif di sesi Asia Kamis, gagal menguat meskipun Gubernur Bank of Japan (BOJ) Ueda mengatakan inflasi mulai naik. Pelemahan ini didorong oleh ketidakpastian kebijakan BOJ, di mana pasar lebih fokus pada sikap pro-stimulus PM Takaichi yang menginginkan suku bunga tetap rendah untuk mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh.

Selain itu, sentimen risk-on global akibat berakhirnya shutdown pemerintah AS juga menekan permintaan Yen sebagai safe-haven. Namun, kejatuhan Yen lebih dalam tampaknya terbatas. Trader berhati-hati karena ada ancaman intervensi dari Menteri Keuangan Satsuki Katayama yang mengawasi pergerakan mata uang, serta sinyal yang bertentangan dari BOJ yang masih membuka peluang kenaikan suku bunga Desember.

Ingin mencoba trading Indeks dunia? Gunakan aplikasi trading terbaik dari HSB Investasi, broker forex terbaik yang teregulasi BAPPEBTI, untuk mulai trading saham Amerika seperti Nike dengan lebih percaya diri. Dengan HSB, kamu dapat memanfaatkan berbagai fitur unggulan dan promo broker forex yang membantu meningkatkan potensi profitmu.  Segera buka akun aplikasi trading forex HSB dan mulailah berinvestasi dengan lebih aman dan terampil. Unduh aplikasi trading saham untuk Android dan iOS di sini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News HSB Investasi untuk informasi dan edukasi seputar trading, investasi keuangan, dan ekonomi.

Bagikan Artikel