Pahami 3 Metode Sederhana untuk Menghitung Payback Period

metode penilaian investasi dengan payback period

Payback period adalah metode analisis investasi yang sederhana. Metode ini digunakan untuk menghitung waktu yang diperlukan agar biaya awal investasi yang dikeluarkan dalam suatu proyek atau bisnis dapat kembali. Metode ini mengukur berapa tahun atau bulan yang dibutuhkan agar pendapatan yang dihasilkan dapat menutupi biaya investasi awal.

Setidaknya ada tiga metode cara menghitung payback period yang perlu Sobat Trader pahami. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini ya!

Metode Simple Payback Period

1. Metode Simple Payback Period

Sesuai namanya, simple payback period adalah salah satu analisis investasi sederhana untuk menghitung periode waktu yang dibutuhkan bagi investor untuk mengembalikan biaya investasi awal suatu proyek atau bisnis.  Kamu bisa menjadikan nilai payback period sebagai referensi analisis fundamental sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

Sederhana karena metode ini bisa kamu lakukan hanya dengan menghitung arus kas masuk (cash inflow) dari proyek atau bisnis yang kamu investasikan tanpa memperhitungkan faktor diskon, waktu, atau tingkat pengembalian investasinya (rate of return).

Secara matematis, simple payback period dihitung dengan membagi biaya investasi awal dengan arus kas masuk tahunan (atau periode waktu yang dipilih).

Contohnya, jika biaya investasi awalmu adalah Rp 10.000.000 dan arus kas masuk tahunan adalah Rp 2.000.000, maka simple payback period-nya adalah 5 tahun (yaitu biaya investasi awal dibagi dengan arus kas masuk tahunan). Artinya, investasi tersebut akan dapat dikembalikan dalam waktu 5 tahun.

Kelebihan metode simple payback period yaitu mudah digunakan dan menghasilkan informasi sederhana tentang waktu pengembalian modal. Namun, kekurangannya adalah tidak memperhitungkan tingkat pengembalian investasi atau nilai uang berdasarkan waktu, sehingga tidak memberikan gambaran yang akurat tentang kelayakan investasi. 

Oleh karena itu, sebaiknya metode ini kamu gunakan hanya sebagai tambahan informasi dalam analisis investasi yang lebih komprehensif lainnya.

Metode Cumulative Payback Period

2. Metode Cumulative Payback Period

Metode payback period akumulatif (cumulative payback period) adalah cara menghitung payback period dengan mempertimbangkan jumlah arus kas masuk (cash inflow) secara bertahap hingga biaya investasi awal terbayar seluruhnya.

Dalam metode payback period Akumulatif, kamu bisa mengetahui perhitungan waktu pengembalian dana investasi dengan menjumlahkan arus kas masuk dalam periode tahunan secara bertahap hingga jumlah tersebut setidaknya sama dengan biaya investasi awal.

Contoh Penerapan:

Misalnya, sebuah perusahaan mempertimbangkan untuk menginvestasikan modal sebesar Rp. 100.000.000 dalam proyek pembangunan sebuah pabrik. Proyek ini memiliki arus kas masuk dan keluar sebagai berikut:

  • Tahun 1: Rp. 20.000.000
  • Tahun 2: Rp. 40.000.000
  • Tahun 3: Rp. 50.000.000
  • Tahun 4: Rp. 60.000.000
  • Tahun 5: Rp. 70.000.000

Dalam metode cumulative payback period, arus kas masuk dan keluar diakumulasikan secara bertahap hingga mencapai nilai investasi awal. Dalam contoh ini, pengakumulasian arus kas masuk dan keluar untuk setiap tahun adalah sebagai berikut:

  • Tahun 1: Rp. 20.000.000 (akumulatif: Rp. 20.000.000)
  • Tahun 2: Rp. 40.000.000 (akumulatif: Rp. 60.000.000)
  • Tahun 3: Rp. 50.000.000 (akumulatif: Rp. 110.000.000)
  • Tahun 4: Rp. 60.000.000 (akumulatif: Rp. 170.000.000)
  • Tahun 5: Rp. 70.000.000 (akumulatif: Rp. 240.000.000)

Dari penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa investasi awal sebesar Rp. 100.000.000 akan terbayar kembali pada tahun ke-3, karena pada tahun tersebut akumulasi arus kas masuk telah mencapai nilai investasi awanya. Dengan demikian, cumulative payback period untuk proyek ini adalah 3 tahun.

Kelebihan cara menghitung payback period  akumulatif yaitu dapat memperhitungkan secara bertahap jumlah arus kas masuk yang diperoleh dan dapat memberikan informasi tentang kecepatan pengembalian modal secara lebih akurat. 

Akan tetapi, metode ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak memperhitungkan arus kas setelah periode payback tercapai, sehingga tidak memberikan informasi tentang profitabilitas jangka panjang. Oleh karena itu, metode ini sebaiknya digunakan bersama dengan metode evaluasi investasi lainnya, seperti Net Present Value (NPV) atau Internal Rate of Return (IRR) untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang keuntungan dan risiko dari proyek investasi.

Metode Discounted Payback Period

3. Metode Discounted Payback Period 

Metode discounted payback period (DPP) adalah metode penghitungan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal atau modal yang ditanamkan, dengan mempertimbangkan nilai waktu uang atau time value of money

Dalam metode ini, arus kas masuk dan keluar dari proyek akan dihitung estimasi nilainya kemudian menghitung perkiraan jumlah tahun yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk yang sama dengan investasi awal.

Untuk mempertimbangkan time value of money, arus kas yang dihasilkan dari proyek tersebut dikurangi dengan tingkat diskonto yang dipilih, sehingga arus kas masa depan dikonversi menjadi nilai saat ini. Jadi, semakin besar tingkat diskon yang digunakan, semakin pendek payback period yang dihasilkan.

Contoh Perhitungan DPP:

Misalkan sebuah perusahaan kembali ingin menginvestasikan dana sebesar $100.000 pada proyek yang diharapkan akan menghasilkan arus kas bersih sebesar $25.000 per tahun selama 5 tahun. Tingkat diskonto atau discount rate yang digunakan adalah 10%.

Cara menghitung discounted payback period investasinya adalah sebagai berikut:

Hitung dahulu nilai arus kas yang didiskon (discounted cash flow) pada setiap tahun dengan menggunakan rumus:

DCF = CF / (1 + r)^t

Di mana:

  • CF adalah cash flow atau arus kas bersih pada tahun tersebut
  • r adalah tingkat diskonto
  • t adalah tahun ke-berapa arus kas tersebut dihasilkan

Hitung nilai cumulative discounted cash flow pada setiap tahun dengan menjumlahkan nilai arus kas terdiskonto pada tahun tersebut dengan nilai akumulasi arus kas terdiskonto pada tahun sebelumnya.

Tentukan tahun di mana nilai akumulasi arus kas terdiskonto mencapai nilai investasi awal ($100.000). Jika pada tahun ke-4 nilai akumulasi arus kas terdiskonto masih di bawah nilai investasi awal, maka perusahaan harus menunggu hingga tahun ke-5 untuk mendapatkan kembali modalnya.

Tabel Perhitungan DPP:

Tahun

Arus Kas Bersih DCF

Cumulative DCF

1

$25.000 $22.727

$22.727

2

$25.000 $20.661

$43.388

3

$25.000 $18.783

$62.171

4

$25.000 $17.077

$79.248

5

$25.000 $15.531

$94.779

Dari tabel tersebut, Sobat Trader dapat melihat bahwa nilai akumulasi arus kas terdiskonto baru mencapai $94.779 pada tahun ke-5. Oleh karena itu, perusahaan harus menunggu hingga tahun ke-5 untuk bisa mendapatkan kembali modalnya. Dalam kasus ini, discounted payback period dari investasi ini adalah 5 tahun.

Gunakan Expert Advisor (EA) MetaTrader 5 untuk automatisasi trading

Pahami metode menghitung payback period karena dapat membantu dalam keputusan investasi proyek, bisnis, atau perusahaan. Temukan lebih banyak tentang analisis fundamental investasi dan trading melalui platform dan aplikasi trading terbaik seperti HSB Investasi, yang juga dikenal sebagai broker forex terbaik.

Masih pemula? Jangan khawatir karena HSB memiliki Relation Manager (RM) atau mentor trading yang akan mendampingi kamu dalam belajar trading. Kamu juga bisa mengakses berbagai materi edukasi atau mengikuti webinar live trading untuk meningkatkan kemampuan tradingmu.

Selain itu, HSB memiliki komisi dan spread rendah yang sangat menguntungkan bagi penggunanya. Tak hanya itu, HSB juga terus menghadirkan promo menarik yang bisa bikin trading makin asyik.

Tunggu apalagi? Unduh aplikasi HSB Investasi sekarang di Android dan iOS. Mulai perjalanan trading online sekarang!

Bagikan Artikel