Bagi seorang investor tidak cukup hanya mengetahui jenis saham, dividen, dan portofolio saham saja. Kamu juga perlu memahami istilah asesmen portofolio. Istilah ini merujuk pada kondisi pasar dan evaluasi kerja instrumen investasi yang hendak kamu tanamkan modal.
Singkatnya, kamu perlu melihat kondisi pasar berbagai instrumen investasi sebelum mulai berinvestasi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan nilai. Hal ini dilakukan agar kamu dapat menemukan instrumen investasi yang paling cocok dengan kondisi pasar untuk memaksimalkan hasil return.
Supaya lebih tergambar lagi bagaimana cara kerja asesmen portofolio ini, yuk pahami lebih lanjut penjelasannya di bawah ini.
Pengertian Portofolio Investasi
Portofolio investasi merupakan kumpulan berbagai aset yang dimiliki investor, baik itu berupa saham, obligasi, mata uang, reksa dana, properti, dan lain sebagainya. Portofolio investasi bisa terdiri dari beberapa kelas aset yang sama, seperti reksa dana pasar uang, reksa dana saham, dan reksa dana pendapatan tetap.
Bisa juga portofolio investasi ini terdiri dari instrumen investasi yang berbeda dan tidak berkaitan. Misalnya, reksa dana pasar uang, saham, dan emas. Portofolio investasi sangat penting bagi seorang investor, lantaran portofolio menerapkan konsep diversifikasi yang bertujuan untuk mengelola risiko.
Tujuan adanya portofolio investasi ini supaya kamu bisa menyeimbangkan potensi keuntungan dan tingkat risiko kerugian. Ketika kamu menanamkan modal pada berbagai instrumen investasi, maka risiko investasi dapat diminimalkan.
Baca juga: Memahami Diversifikasi Portofolio Investasi dan Cara Melakukannya
Pengertian Asesmen Portofolio
Asesmen portofolio berasal dari dua kata, asesmen dan portofolio. Istilah asesmen secara sederhana bisa diartikan sebagai kinerja atau evaluasi. Dalam pengertian lain, asesmen disebut juga kegiatan pengolahan data berupa hasil pengukuran berdasarkan kriteria tertentu.
Sementara itu, istilah portofolio merupakan sekumpulan instrumen investasi yang bermacam-macam, bisa seperti tanah, properti, obligasi atau jenis investasi lainnya.
Jadi, asesmen portofolio merupakan tahapan yang dilakukan para investor untuk mengetahui apakah portofolio investasinya telah menghasilkan kinerja yang baik atau tidak. Tahapan ini sama halnya dengan mengukur hasil kerja portofolio. Dari hasil ini, kamu bisa mengatur kembali strategi investasi supaya minim risiko dan menghasilkan imbal hasil maksimal.
Baca juga: Memahami 5 Perbedaan Investasi Syariah dan Konvensional
Fungsi dan Tujuan Asesmen Portofolio
Fungsi dan tujuan utama dari asesmen portofolio yaitu untuk mengevaluasi kinerja produk investasi yang memberikan imbal hasil maksimal. Melalui proses asesmen, kamu juga bisa lebih mudah dalam menekan risiko investasi menjadi sekecil mungkin.
Asesmen portofolio juga akan memudahkan kamu dalam melakukan diversifikasi. Hal ini karena kamu sudah melakukan analisis terlebih dahulu pada jenis investasi yang hendak kamu tanamkan modal. Jadi, kamu dapat lebih mudah dalam mengukur kinerja setiap instrumen investasi tersebut.
Sebagaimana fungsi dari portofolio investasi, konsep diversifikasi pada portofolio dapat membantu kamu memberikan imbal hasil yang tinggi dan menekan risiko. Begitu pun dengan asesmen portofolio ini yang bisa kamu implementasikan sebagai strategi untuk mendapatkan keuntungan.
3 Model Asesmen Portofolio
Untuk mengukur kinerja portofolio investasi, kamu bisa menggunakan tiga model pengukuran, yaitu model Sharpe, model Treynor, dan model Jensen. Berikut ini ulasan mengenai model pengukuran kinerja tersebut.
1. Model Sharpe
Asesmen portofolio model Sharpe menggunakan perhitungan rasio. Untuk rasio yang dimaksud merupakan perbandingan antara excess return yang dihasilkan dengan total risiko portofolio. Excess return merupakan selisih antara return portofolio dikurangi return bebas risiko. Sementara itu, total risiko dalam rasio ini tercermin dalam nilai Standar Deviasi (SD).
Jadi, makin tinggi nilai rasio Sharpe menunjukkan makin baik kinerja dari instrumen investasi tersebut. Salah satu kelebihan model Sharpe ini menggunakan pembagi SD yang berarti indeks Sharpe mengukur risiko total.
2. Model Treynor
Tidak jauh berbeda dengan model Sharpe, cara mengukur kinerja portofolio dengan model Treynor juga menggunakan perbandingan antara excess return dengan risiko dari instrumen investasi.
Namun, satu hal yang membedakan yaitu risiko yang dibandingkan hanya dari risiko sistematis yang tercermin dari nilai return. Nilai rasio Treynor yang makin tinggi juga menunjukkan bahwa kinerja instrumen investasi tersebut bekerja dengan baik.
Baca juga: Penjelasan Lengkap Manajemen Risiko Investasi dan Manfaatnya
3. Model Jensen
Untuk pengukuran model Jensen memperhitungkan excess return yang diperoleh sebuah portofolio dan melebihi hasil yang diharapkan. Pengukuran ini dikenal juga dengan pengukuran alpha. Rasio Jensen mengukur seberapa besar imbal hasil yang didapatkan sebuah portofolio investasi untuk mendapatkan hasil di atas rata-rata.
Portofolio dengan kelebihan imbal hasil yang positif akan menunjukkan alpha yang positif juga. Begitu pun sebaliknya, jika portofolio yang secara konsisten memberikan imbal hasil negatif, maka alpha yang muncul juga negatif.
Sama halnya dengan model Shaper dan model Treynor, makin tinggi nilai Jensen menunjukkan kinerja dari instrumen investasi tersebut makin baik.
Dalam menentukan instrumen investasi yang hendak kamu tanamkan modal, kamu bisa menggunakan salah satu dari model evaluasi di atas. Selanjutnya, kamu bisa membandingkan jenis investasi yang satu dengan lainnya yang masih berada dalam satu jenis atau sangat berbeda sekali pun.
Proses membandingkan ini wajib kamu lakukan supaya bisa memilih instrumen investasi yang tepat dan memberikan imbal hasil maksimal. Tidak heran jika asesmen portofolio ini merupakan langkah penting yang tidak boleh dilewatkan saat kamu hendak berinvestasi.
Hal lain yang perlu kamu perhatikan saat mengevaluasi kinerja instrumen investasi adalah kewajaran dari portofolio tersebut. Kewajaran yang dimaksud seperti besar kecilnya dana kelolaan dan pergerakan nilai aktiva bersih.
Nah, sekarang mari praktikan ilmu yang baru saja kamu dapat dengan menerapkan asesmen portofolio sebelum mulai investasi. Asesmen portofolio juga berlaku dalam investasi seperti trading forex.
Kamu bisa mulai trading di aplikasi HSB dengan membuat akun demo terlebih dahulu untuk simulasi supaya lebih paham cara kerjanya. Setelah itu, kamu bisa langsung membuka akun live untuk trading secara real.
Yuk download aplikasi HSB sekarang juga dan rasakan trading dengan aman, nyaman, tepercaya, serta transaksi yang transparan!***