Batu Bara Investasi yang Bisa Gantikan Emas di Masa Depan?
Dilansir dari CNBC Indonesia, batu bara dianggap sebagai salah satu bahan bakar paling polusi di dunia dan saat ini mengalami penurunan harga. Refinitiv melaporkan bahwa pada perdagangan Kamis, harga kontrak batubara acuan ICE Newcastle untuk bulan Juli turun 0,3% menjadi US$132,6 per ton. Penurunan ini sejalan dengan trend penurunan sebelumnya dan menjauhi level US$140 per ton.
Penurunan harga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, China, yang merupakan konsumen terbesar batu bara global, sedang beralih ke energi terbarukan untuk pembangkit listrik sementara negara-negara G7 telah sepakat untuk menghentikan penggunaan pembangkit listrik batu bara pada tahun 2035 karena dampak emisi yang besar.
Meskipun demikian, analisis dari The Economist menunjukkan bahwa permintaan terhadap batu bara tetap kuat meskipun harga turun dari puncak tertinggi pada tahun 2022, yang dipicu oleh ketegangan antara Eropa dan Rusia. Stabilitas ini terjadi meskipun gangguan ekonomi, perang, dan cuaca ekstrem yang mempengaruhi komoditas lainnya.
China juga mempertahankan simpanan batu bara yang besar dengan peningkatan produksi yang mencapai rekor tertinggi. Di sisi lain, Rusia berhasil menemukan pasar pengganti untuk ekspor batu bara mereka setelah pembatasan dari Eropa.
Negara-negara kaya, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah mengurangi konsumsi batu bara mereka secara signifikan tahun lalu, sementara negara-negara berkembang, terutama di Asia seperti India, terus mengandalkan batu bara sebagai sumber energi murah dan andal.
Meskipun ada penurunan dalam konsumsi batu bara di negara-negara maju, Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa penggunaan batu bara di negara-negara tersebut akan menyusut sekitar 4% pada tahun 2026. Namun, permintaan dari Asia terus meningkat, menunjukkan stabilitas pasar global untuk batu bara.
Sumber daya batu bara cenderung digunakan untuk pembangkit listrik beban dasar, yang menjadikannya lebih stabil dalam siklus ekonomi daripada komoditas lain yang lebih sensitif terhadap fluktuasi pasar.
Meskipun demikian, The Economist mencatat bahwa permintaan terhadap batu bara kemungkinan akan berkurang secara permanen seiring berjalannya waktu, dengan banyak faktor yang dapat mempengaruhi pasokan global dan harga di masa depan.